Minggu, 20 Mei 2012

Terapi Lintah | Ibnu Sina

Terapi Lintah Ibnu SinaInilah 9 Terapi Warisan Kedokteran (bag-3).
Senin, 30 Januari 2012 15:10 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,
Hirudoterapi

 
Hirudoterapi merupakan terapi penyembuhan penyakit dengan menggunakan pacet/lintah sebagai obat untuk tujuan pengobatan, yang diperkenalkan Avicenna dalam karyanya The Canon of Medicine. Ibnu Sina juga mengenalkan penggunaan lintah sebagai perawatan untuk penyakit kulit. Terapi Lintah menjadi salah satu metode yang disukai masyarakat Eropa pada abad pertengahan.
Dalam era lebih maju, pengobatan dengan lntah diperkenalkan oleh Abd-el-latif pada abad ke-12 M, yang menulis bahwa lintah dapat digunakan untuk membersihkan jaringan penyakit setelah operasi pembedahan. Dia melakukannya, walaupun ia mengerti resiko menggunakan lintah. Ia memberikan saran untuk pasien bahwa lintah harus dibersihkan sebelum digunakan dan kotoran dan debu “yang melekat pada lintah harus dihilangkan” sebelum penggunaan.
“Dia selanjutnya menulis bahwa setelah lintah menghisap darah keluar, garam harus “diteteskan dibagian tubuh manusia,” jelas Nurdeen Deuraseh, dalam karyanya bertajuk “Ahadith of the Prophet on Healing in Three Things (al-Shifa’ fi Thalatha): An Interpretational”, Journal of the International Society for the History of Islamic Medicine.
Fisioterapi
Fisioterapi metode penyembuhan yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak atau fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak.
Dokter Muslim mengembangkan metode terapi mulai dengan diet. Jika upaya itu tidak bekerja pada pasien, dokter akan memberi resep obat dan pengobatan. Namun, jika masih tidak bekerja, dokter akan melakukan operasi bedah. Fisioterapi ditentukan oleh dokter Muslim selalu mancakup latihan fisik dan mandi.
Dokter Muslim Arab mengembangkan sistem diet secara rinci, yang terdiri atas kesadaran defisiensi makanan, dan gizi yang sesuai merupakan item yang penting dalam perawatan. Ezzat Abouleish, dalam bukunya Contributions of Islam to Medicine, menjelaskan bahwa obat-obatan dibagi dalam dua kelompok, yakni obat tunggal/sederhana dan obat jamak/campuran.
“Mereka mengetahui interaksi antara obat-obatan, mereka pertama menggunakan obat tunggal, jika gagal, kemudian obat campuran digunakan yang dibuat dari dua atau lebih campuran, dan jika metode konservatif gagal, kemudian pembedahan diambil sebagai langkah terakhir,” jelasnya.
Redaktur: Heri Ruslan
Reporter: desy susilawati
STMIK AMIKOM
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/30/lylq0b-inilah-9-terapi-warisan-kedokteran-islam-bag3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar